Wednesday, September 29, 2010

Masalah Dan Solusinya


Dear sahabat,

Selesainya masalah adalah fenomena perubahan keadaan.

Masalah hanya bisa diselesaikan dengan berubah.

Tetap semangat!

Ikhwan Sopa
Master Trainer E.D.A.N.
http://milis-bicara.blogspot.com

Monday, September 27, 2010

Teknik Motivasi - Macro Motivation Dan Micro Motivation


Dear all,

Dalam rangka menulis sebuah buku motivasi dan pengembangan diri, saya belajar keras meneladani para pembicara dan penulis motivasi, tentang bagaimana cara mereka menyampaikan materinya.

Selama ini, kita mengenal ada dua macam pembicara motivasi terkait dengan teknik-teknik motivasinya:

1. Ada pembicara motivasi yang mengambil jalur "inspirational speaker" seperti yang ditempuh Pak Jamil Azzaini yang dengan tegas membranding diri sebagai Inspirator SuksesMulia.

Ciri dari gaya ini adalah banyaknya mereka menggunakan pendekatan metafora, indirect command, permainan emosi, dan story telling.

Keindahan mereka ada pada kemampuan mereka dalam menyiratkan sesuatu secara halus dan bisa langsung masuk ke wilayah bawah sadar - kita tahu, bawah sadar punya dominasi kuat pada sikap dan perilaku.

2. Ada pembicara motivasi yang kita kenal dengan sebutan "motivational speaker". Saya cukup yakin bahwa sebagian besar pembicara motivasi dan para trainer adalah termasuk kelompok ini.

Ciri dari gaya ini adalah positioning mereka yang lebih banyak menjadi pendorong semangat dengan pendekatan-pendekatan logis dan masuk akal, atau dengan pendekatan direct command.

Keindahan mereka terletak pada kemampuan mereka untuk mempengaruhi orang lain untuk teryakinkan atau melakukan sebuah tindakan.

Saya menemukan, bahwa lebih jauh lagi dari kedua hal di atas, fenomena budaya Indonesia dan sekaligus fenomena Bahasa Indonesia, ternyata memberi peluang lebih luas dan lebih dalam terkait dengan teknik-teknik motivasi yang mungkin kita kembangkan di negeri ini.

Saya menyederhanakannya dengan dua pendekatan:

1. Macro Motivation

Yaitu sebuah model pendekatan teknik motivasi, yang berfokus pada gambaran besar suatu topik motivasional. Seorang pembicara motivasi yang berbicara tentang "Kita Pasti Bisa", akan mengeksplorasi segala hal di seputar topik itu, dalam rangka mempersuasi pembaca atau audiencenya untuk mengadopsi sebuah keyakinan atau mengambil tindakan. Dalam pendekatan ini, yang cenderung praktis, sang pembicara motivasi tidak terlalu memperhatikan bagaimana ia menggunakan kata-kata dan sistematikanya, melainkan hanya berfokus pada hasil akhirnya yaitu audience yang teryakinkan untuk mengambil tindakan. Rata-rata pembicara motivasi bergerak di wilayah ini.

Keindahan gaya ini terletak pada pergeseran massive yang diciptakan, setidaknya di ruang kelas, dari audience yang seperti menjadi orang lain dan berbeda antara pagi hari ketika mereka memasuki kelas dan sore hari ketika mereka meninggalkan ruangan.

2. Micro Motivation

Yaitu sebuah model pendekatan teknik motivasi, yang berfokus tidak hanya pada gambaran besar topik, melainkan juga mempertimbangkan berbagai detil bahkan sampai yang terkecil. Bukan tidak mungkin, sang pembicara motivasi dalam hal ini, melakukan riset yang mendalam tentang alternatif-alternatif proyeksi dampak dari berbagai cara penyampaian materi.

Keindahan gaya ini, adalah pada kemampuan pembicara motivasi itu sendiri dalam menggiring audience atau pembaca memasuki sebuah state, dan dengan handalnya mereka dipertahankan tetap berada di sana secara asosiatif. Selain itu, pembicara motivasi yang demikian sangat piawai dalam meng-utilisasi berbagai konsep paling mendasar di dalam dunia motivasi, yang terus mereka pertahankan di sepanjang sesinya, melalui disain yang apik.

Saya punya dua contoh yang menarik tentang model ini. Dua contoh itu adalah dua orang pembicara motivasi yang sangat luar biasa. Saya pribadi belum pernah belajar langsung kepada mereka, saya hanya baru belajar dari kata-kata mereka yang saya dengar atau saya baca.

Yang pertama adalah Kang Zen alias Nunu Zainul Fuad, yang selalu dan selalu memperhatikan rhyme di dalam materi-materi motivasinya. Rhyme adalah keindahan bunyi dari kata-kata, yang secara hipnotik membuat orang sangat menikmati iramanya, sehingga tidak punya kesempatan untuk melakukan "penolakan" terhadap isi dari materi. Pendekatan ini mirip dengan teknik metafora dan story telling yang punya dampak sama; jalur bebas hambatan melewati RAS dan langsung menuju ke wilayah bawah sadar.

Yang kedua, tentu saja Pak Mario Teguh, yang tak bisa dipungkiri menjadi salah satu yang terbaik saat ini. Saya cukup detil mengobservasi beliau demi pembelajaran saya, dan saya sharing sedikit di sini.

Pak Mario sangat super dalam memperhatikan dampak dari SETIAP kata-kata. Saya yakin beliau punya metodologi riset untuk yang satu ini. Kata-kata yang meluncur dari mulutnya, selalu berdampak pada hal-hal berikut ini:

- Menggiring audience atau pendengar memasuki sebuah state terkait konsep motivasi.
- Membuat audience atau pendengar terbuai dengan keindahan rhyme dan ritme dari kata-katanya.
- Mampu mempertahankan state itu di sepanjang sesi motivasinya.
- Mempu tetap menyuntikkan berbagai konsep dasar motivasi yang sebenarnya tidak langsung berhubungan dengan topik yang sedang di sampaikan, topik-topik mendasar yang menjadi keyakinan dasar setiap orang.

Contoh yang paling sederhana adalah seperti yang berikut ini.

Kita sangat terbiasa menggunakan pasangan kata-kata seperti "kekurangan" dan "kelebihan".

Pak Mario Teguh menggunakannya dengan berorientasi pada micro motivation.

Menggunakan pasangan kata itu, Pak Mario akan menyampaikannya begini:

"Kekurangan" dan "Pelebihan"

Dengan cara seperti di atas, inilah yang bisa saya amati:

- Kedua kata itu menjadikan konsep dasar motivasi "the power of contrast" - sebagai bagian dari teknik persuasi, menjadi lebih kuat.

- Cara penggunaan pasangan kata seperti itu, makin menonjolkan konsep dasar motivasi "sabar, syukur, menerima" terimplikasi di dalamnya, dan secara tidak langsung berkonotasi dengan "kebaikan" dan "kepantasan" - dua kata yang menjadi favorit beliau.

- Kata "kekurangan" terasosiasi sebagai sesuatu yang melekat pada diri sendiri, dan kata "pelebihan" terasosiasi sebagai sesuatu yang diberikan oleh pihak lain, yaitu Tuhan. Di sinilah, permainan state beliau menjadi sangat luar biasa, terlepas dari segala kontroversi tentang tata bahasa.

Menarik bukan?

Ruang lain untuk diskusi topik ini ada di sini:

http://www.facebook.com/topic.php?uid=259039765215&topic=16072

Semoga bermanfaat.

Ikhwan Sopa
Master Trainer E.D.A.N.
http://milis-bicara.blogspot.com

Sunday, September 26, 2010

Definisi Bahagia

Sahabat,

Kata orang, definisi "bahagia" adalah: Sebuah kesadaran bisa merasakan adanya kemajuan. Untuk menyadari kemajuan, tiga hal harus diketahui; tahu mau kemana, tahu sekarang ada di mana, tahu berangkat dari mana.

Maka sekecil apapun itu, sepanjang bisa dipahami sebagai kemajuan, pada dasarnya bisa membahagiakan. Sekecil apapun itu karena ia membahagian, amatlah patut kita syukuri.

Tetap semangat!

Ikhwan Sopa
Master Trainer E.D.A.N.
http://milis-bicara.blogspot.com

Monday, September 20, 2010

Hidup Ini Pasti


Sahabat,

Hidup ini pilihan, dan setiap pilihan menentukan. Lebih tepat lagi; setiap pilihan memastikan.

Memastikan kekuatan dan kelemahan, memastikan peluang dan ancaman.

Memilih hidup di dunia bisnis, kita dipastikan berhadapan dengan fenomena bisnis. Memilih memasuki dunia usaha, kita dipastikan berhadapan dengan keuntungan dan kerugian usaha. Memilih profesi kita dipastikan berhadapan dengan fenomena profesi. Memilih teman, kita dipastikan berurusan dengan pilihan karakter teman. Memilih jalan, kita dipastikan berhadapan dengan fenomena jalan.

Hidup ini pilihan, dan setiap pilihan memastikan.

Hidup ini pasti.

Pasti akan naik dan turun. Pasti akan pasang dan surut. Pasti akan ramah dan tak bersahabat. Pasti tentang senang dan susahnya. Pasti membuat bahagia dan menderita.

Bagaimana kita mengatakan tidak siap setelah menjatuhkan pilihan?

Ikhwan Sopa
Master Trainer E.D.A.N.
http://milis-bicara.blogspot.com

Thursday, September 16, 2010

Yang Tetap Dan Yang Sementara

Dear all,

Jika berharap segala impian dan cita-cita TETAP melekat pada diri dan kehidupan, maka sebelum mencapainya segala hal adalah SEMENTARA.

Tak pantas terlalu cepat puas, tak boleh begitu mudah menyerah.

Tetap semangat !!!

Ikhwan Sopa
Master Trainer E.D.A.N.
http://milis-bicara.blogspot.com

Teknik Presentasi Dan Teknik Persuasi

Thursday, September 9, 2010

Selamat Hari Raya Idul Fitri


Minal 'aidin wal-faizin, mohon maaf lahir dan batin. Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum. Kulu 'amin wa antum bi khair.

-Ikhwan Sopa dan Keluarga-

Tuesday, September 7, 2010

Sesuatu Yang Paling Menular Sedunia

Sahabat,

Ketika semangat menurun, dunia melambat. Ketika semangat meredup, ruang hidup kita ini berubah menjadi gelap - masalahmu menjadi lebih besar dari proporsinya, kendalamu menjadi makin berat dari semestinya - tubuhmu makin letih, jiwamu makin lelah - impian dan cita-citamu seolah menjauh - dirimu terasa mengecil mengelabui kebesaranmu yang sesungguhnya.

Tetap semangat!

Ikhwan Sopa
http://milis-bicara.blogspot.com

Wednesday, September 1, 2010

Lihatlah Dengan Benar

Sahabat, seperti yang pernah kuceritakan; jika saja engkau tak beriman, tak peduli etika dan moral, tak kenal baik atau buruk dan benar atau salah, tak ambil pusing akan kepantasan dan tata nilai manusia yang indah, bukankah semua ini akan lebih mudah diselesaikan?

See? Ini namanya ujian.

Tetap semangat !

Ikhwan Sopa
Master Trainer E.D.A.N.
http://milis-bicara.blogspot.com

Orientasi Berbicara: Dari Sinilah Perbincangan Anda Bermula!

Kapan terakhir kalinya Anda diundang menjadi pembicara? Atau, kapan terakhir kalinya Anda berbicara dengan orang lain?

Entah Anda berbicara untuk sekelompok orang atau sekedar ngobrol dengan satu orang saja, menjadi semakin penting untuk kita pahami mengenai orientasi kita dalam berbicara. Sejak semula, sebagai pembicara publik, apa orientasi Anda ketika berbicara kepada sekelompok pendengar? Ada tiga pilihan di sini. Orientasi kepada diri sendiri, pada isi ceramah. Dan yang terakhir berorientasi kepada pendengar.

Oke, kita mulai dari yang pertama. Ketika Anda berorientasi pada diri sendiri, Anda berada di atas panggung untuk diri Anda sendiri. Anda ingin dikenang dan Anda ingin disukai. Tentu saja, Anda mungkin peduli dengan pendengar, dan Anda mungkin berpikir bahwa setiap orang di planet biru ini perlu mendengar pesan Anda. Tetapi Anda tetap ada di panggung untuk diri Anda. Anda perlu terlihat keren, Anda perlu disorot lampu, Anda pun menjadi pusat perhatian. Semuanya tentang Anda.

Bagi banyak pembicara, sulit untuk melalui tahap ini. Sebagian besar dari kita ingin terlihat hebat… oke, oke, kita semua ingin terlihat hebat. Dan tak seorang pun pernah menyalahkan seorang pembicara karena kurang egois. Namun, jika hal itu adalah alasan utama Anda berada di atas panggung, berhati-hatilah, tikungan berbahaya ada di depan Anda! Alasan begitu banyak orang takut berbicara di depan banyak orang adalah karena mereka takut terlihat bodoh. Enyahkan perasaan itu. Anda cukup hebat, cukup pintar, percayalah!

Yang kedua, ketika Anda berorientasi pada isi ceramah, bahan ceramah menjadi raja. Akhirnya, fokusnya tidak lagi pada diri Anda; sekarang fokusnya adalah pada materi Anda. Sekaranglah saatnya menyampaikan apa saja yang Anda ketahui. Wow, saya yakin Anda pun mengetahui banyak hal! Anda memiliki pesan yang ingin Anda bagikan, dan Anda akan memastikan hal itu tercapai. Mungkin Anda masih memerlukan persetujuan dari para pendengar Anda, tetapi menyampaikan pesan Anda kepada pendengar adalah suatu hal yang sangat-sangat-sangat penting.

Sebagian besar pelatih, kebalikan dari pembicara/penceramah, berorientasi pada isi ceramah. Banyak pernyataan atau janji yang cukup nyata tentang apa yang Anda harapkan untuk dibawa pulang oleh pendengar. Misal: 8 cara untuk melahirkan produk yang diinginkan pasar; 11 rahasia untuk meningkatkan keahlian persuasi Anda; 101 tip untuk menjadi pelatih hebat. Ups, maaf… itu salah satu bahan pelatihan saya.

Anda tahu bahwa Anda berhasil saat Anda menyampaikan semua yang Anda janjikan. Orang-orang menghampiri Anda setelahnya dan berkata, “Saya telah sangat banyak belajar kali ini,” serta memberi tahu Anda betapa banyak pelajaran berharga yang Anda sampaikan untuk dibawa pulang. Dalam pendekatan yang berpusat pada isi ceramah, isi ceramah memang berkuasa.

Atau pilihlah yang ketiga. Tentu saja, Anda bisa berorientasi kepada pendengar Anda. Semuanya bukan tentang Anda; bukan tentang bahan ceramah Anda; tetapi tentu saja tentang mereka. Fokusnya adalah membawa pesan unik Anda kepada sekelompok orang unik ini. Anda merasa nyaman dengan siapa diri Anda, Anda menguasai isi ceramah, dan Anda menciptakan sebuah momen ketika hubungan sejati tercipta di antara Anda dan mereka. Ikatan yang sebenarnya telah terjalin. Kepuasan pun terjamin.

Pada pendekatan yang terakhir ini, Anda berbicara dengan pendengar Anda sesuai kapasitas komunikasi mereka. Anda bersikap fleksibel dalam menentukan gaya, cara, dan sikap bekomunikasi. Ujung-ujungnya Anda lebih diterima sebagai seorang pribadi yang baik, dan pesan Anda pun mendapatkan perhatian dan respon positif dari pendengar Anda. Betapa bahagianya bila kita bisa melakukan hal ini.

Pilihan manakah yang Anda inginkan?
Ironis ya? Memang!

Ketika orang merasa ingin diterima, mereka cenderung mulai dengan berorientasi kepada diri sendiri. Ketika mereka berorientasi kepada diri sendiri, peluang untuk bisa diterima menjadi berkurang. Jika saja mereka mengubah orientasinya menjadi kepada pendengar, mereka kemungkinan besar akan diterima. Tentunya hal inilah yang sangat mereka damba-dambakan.

Lain kali saat kita akan mulai berbicara, kita sudah bisa memutuskan orientasi kita dalam berbicara. Kita bisa berorientasi kepada diri sendiri, pada isi ceramah, atau -tentu saja yang terakhir- berorientasi kepada pendengar.

Bagaimana dengan Anda?

Penulis: Rio Purboyo
Seorang pembicara dengan prinsip pelatihan yang menghibur, memberdayakan, dan menggerakkan, sekaligus seorang penulis yang terus menajamkan inspirasi menjadi lingkaran pengaruh seluas mungkin. Mendengarkan peserta dengan aktif-positif dan melontarkan umpan balik melalui humor yang pas, membuat pendengar membuka pikiran dan perasaannya –dan seringkali, ketika para pendengar tertawa, tanpa terasa mereka telah menerima pesan pentingnya. Anda bisa hubungi MasRio di +62.858.1531.1207 - riopurboyo@gmail.com (Link)

I Love My Job

Tulisan ini terinspirasi dari curhatan seorang sahabat.

Semua orang pasti punya pekerjaan & karir masing-masing. Mau di swasta atau jadi PNS seperti saya. Pekerjaannya pun pasti juga beragam jenisnya, pun tingkat kesulitannya. Namun tak jarang ditengah-tengah pekerjaan yang kita lakukan secara rutin ada kalanya muncul kejenuhan. Jenuh dengan lingkungan & suasana kerjanya, jenuh dengan jenis pekerjaannya, pun penyebab jenuh lainnya.

Tergelitik dengan pernyataan seorang teman, “aku tuh lama-lama bosan dengan pekerjaanku. Tapi kalau aku nggak kerja aku akan jauh lebih bosan..”, keluhnya di suatu sore. Saya paham dengan apa yang dia rasakan. Kebosanannya disebabkan dengan pekerjaan yang nyaris monoton & kurang ada variasi. Lah dipikir saya juga banyak variasinya? Enggak juga. Pekerjaan saya juga sama monotonnya. Mengerjakan jenis pekerjaan yang sama hampir setiap hari. Apa lama-lama nggak bosan? Tapi ya itu pinter-pinternya kita mengelola kejenuhan & kesibukan yang “itu-itu melulu”.

Untungnya saya selama bekerja bukan tipe “kutu loncat”, yang sering pindah kerja sana-sini. Karir saya kebanyakan bertahan lama, lebih dari 2 tahun. Saya dulu sempat bekerja sebagai seorang fashion designer di sebuah perusahaan garment di Malang. Itu saya jalani hampir 3 tahun lamanya. Bosan? Pernah. Jenuh? Saya nggak bilang enggak. BT karena bos sering marah-marah? Hmm, pasti. Jenuh banget sehingga tidak ada satu ide mode apapun yang dilahirkan hari itu juga pernah . Intinya ketidaknyamanan ketika bekerja itu pasti ada.

Atau ketika saya bekerja di perusahaan telekomunikasi yang itu, yang namanya jenuh, stress, capek, makan ati, itu juga pasti ada. Tapi ya namanya bekerja di bidang public service ya pasti begitu. Dimarahi pelanggan sudah makanan sehari-hari. Kalau nggak ada yang marah-marah justru malah aneh. Lho?! . Atau ketika saya pindah ke back office & saya memegang pekerjaan yang menuntut jiwa leadership dengan sekian anak buah. Yang namanya stress & under pressure itu pasti ada. Deadline di setiap akhir bulan, yang kalau laporannya nggak selesai efeknya anak buah kita gajiannya juga bakal terlambat. Nah, itu kan juga bentuk tanggung jawab yang besar. Stress? Pasti ada..

Ada satu hal yang membuat saya awet berkarir dalam sebuah pekerjaan, bagaimana caranya supaya saya enjoy dengan pekerjaan saya, lingkungan saya, teman-teman saya. Nggak mungkin sebagai orang baru saya menuntut lingkungan yang harus berubah untuk saya, tapi justru sayalah yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru saya. Beruntung saya orangnya mudah menyesuaikan diri sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama saya sudha bisa membaur dengan orang-orangnya & pekerjaan baru saya.

Ada hal unik yang saya rasakan ketika berpindah dari karyawan swasta menjadi pegawai negeri. Ada banyak hal signifikan yang saya rasakan juah berbeda dengan pekerjaan saya sebelumnya. Mulai lingkungannya, jenis pekerjaannya, kultur & budaya kerjanya, orang-orangnya, aplikasi & alur kerjanya.. Ah, banyaklah pokoknya. Sempat mengalami “culture shock”? Pernah, tapi ya itu tadi, alhamdulillah nggak sampai terlalu lama. Apakah lantas saya merasa bosan setelah sekian bulan saya berkarir di sini? Ada banyak hal yang membuat saya belajar. Ada banyak hal menarik yang bisa membuat diri saya berkembang. Salah satunya adalah ketika saya diajak bergabung dalam tim keprotokolan di biro kepegawaian. Yang tugasnya mempersiapkan acara pelantikan pejabat di lingkungan Sekretariat Negara. Ada banyak hal yang bisa saya pelajari disana ketika bertugas sebagai pembawa acara (MC) atau pembaca Surat Keputusan Presiden/Menteri.

Tapi terlepas dari itu, dari semua karir yang pernah saya jalani ada beberapa hal yang saya ingat:

1. tidak ada satu pun ilmu yang telah kita pelajari di bidang pekerjaan sebelumnya yang akan terbuang percuma, pasti ada yang akan terpakai;

2. ketika kita menjadi orang baru, cepatlah beradaptasi, jangan menuntut lingkungan yang harus beradaptasi dengan kita;

3. terapkan can do attitude, ketika mendapat tugas baru jangan langsung bilang “nggak bisa!”, karena ketika kita bilang “nggak bisa” itu akan menjadi pemicu ketidakbisaan-ketidakbisaan berikutnya, yang penting berusaha dulu;

4. semua ilmu yang kita dapatkan di dalam dunia kerja adalah ilmu yang bisa dipelajari, asalkan kita tekun pasti bisa;

5. jika ada banyak hal yang perlu diingat berkenaan dengan prosedur kerja, jangan segan untuk mencatat, karena yang namanya memory otak pasti ada kapasitasnya;

6. ketika kita merasa kurang nyaman atau mengalami kendala dengan pekerjaan & tidak bisa kita selesaikan sendiri, diskusikanlah dengan atasan, walau bagaimana pun mereka atasan kita & perlu tahu apa yang dialami bawahannya;

7. pimpinan akan melakukan review & menilai hasil kerja kita, just give & do your best..

8. kalau memang kita jenuh atau bosan ambillah cuti, refreshing-lah, semoga ada kesegaran baru nantinya ketika selesai cuti;

9. jika memang ternyata ada karir yang jauh lebih baik di luar sana atau ada bisnis wiraswasta yang jauh lebih menjanjikan ya kenapa tidak? Ambiiill..

10. ketika belum ada pekerjaan baru yang lebih baik, jalanilah pekerjaan yang sekarang dengan sebaik-baiknya & jangan lupa bersyukur karena kita masih diberikan kesempatan memiliki pekerjaan padahal di luar sana ada banyak sekali orang yang kesulitan mencari pekerjaan.

Penulis: Devi Eriana Safira
Seorang blogger, mantan penari, pemerhati fashion, high heels lover & coffee addict. Tinggal bersama keluarga kecilnya di Jakarta Selatan. Berkarir sebagai Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Negara RI setelah sebelumnya lama berkarir di bidang telekomunikasi. (Link)