Sahabat, berikut ini adalah Bab Penutup dari buku saya.
Alhamdulillah, draftnya sudah selesai tinggal menunggu perbaikan kecil di sana-sini. Semoga bisa segera terbit menemani kehidupan sahabat semua.
Setiap paragraf dari bagian penutup ini adalah cerminan dan kesimpuan dari setiap bab yang ada di dalam buku. Setiap paragraf ini sengaja ditulis panjang rata-rata dengan hanya satu kalimat. Tidak demikian dengan isi masing-masing bab di mana saya berusaha sedapat mungkin menggunakan kalimat-kalimat pendek yang enak dan mudah dicerna.
Saya sangat berharap akan komentar, kritik, dan saran dari sahabat semua. Semua itu akan berpengaruh pada editing terakhir yang sedang saya lakukan. Semua itu bisa berpengaruh pada perubahan gaya tulisan, pada pilihan-pilihan kata dan kalimat, dan bahkan pada perombakan total buku ini.
Tentang judul kita tunggu saja, keywordnya adalah "
mindset".
Terimakasih sebelumnya, semoga Allah SWT membalas pahala yang setimpal untuk sahabat semua.
Saya menunggu seminggu ini.
Ikhwan Sopa
ikhwan.sopa@gmail.com=================
PENUTUP”Hidup adalah tentang mengorganisasi pola pikir dan mengukur kemajuan pola pikir menuju impian dan cita-cita.”
- Ikhwan Sopa -
Hidup kita berbahagia dan mengalami kemajuan yang terus bergerak ke arah tercapainya impian dan cita-cita, ketika kita menyadari bahwa berbagai pola pikir kehidupan telah kita organisasikan sedemikian rupa di mana secara keseluruhan mencerminkan sinyal kemajuan.
Ukuran kemajuan untuk pola pikir adalah pola rasa yang diciptakannya. Ukuran kemajuan untuk pola rasa adalah rasa kesesuaiannya dengan segala keyakinan yang indah, baik, dan benar. Keyakinan yang indah, baik, dan benar adalah keyakinan sebagaimana yang telah dipedomankan oleh Tuhan tentang ketiganya, di mana Tuhan menggariskan bahwa ketiganya harus ada secara bersama-sama.
Ukuran akhir dari segala kemajuan peradaban manusia adalah makin dekatnya peradaban itu kepada Tuhan. Semua kemajuan ini ada tandanya. Tanda-tanda dari kemajuan pola pikir dan pola rasa adalah kesadaran.
Ketika kita menyadari bahwa kita diciptakan di dunia ini dengan mengemban tugas besar menggapai kemuliaan dan kehormatan. Di antara kemuliaan dan kehormatan itu adalah keberhasilan mencapai impian dan cita-cita yang memajukan peradaban dan bukan sebaliknya.
Ketika kita menyadari bahwa kita adalah pribadi-pribadi unik dengan keunikan impian dan cita-cita, yang dengan keunikan itu kita bisa bermimpi dan bercita-cita sendirian tapi untuk mencapainya kita harus melibatkan kebersamaan.
Ketika kita menyadari bahwa keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan sosial sebagai syarat tercapainya impian dan cita-cita hanya bisa kita ciptakan dengan memelihara pola-pola pikir tertentu.
Ketika kita menyadari bahwa keterbatasan fisik hanya bisa dilengkapi dengan pikiran yang lebih kuat, di mana pikiran-pikiran kita perlu diorganisir sehingga memiliki pola-pola dan kebiasaan berpikir yang akan memudahkan upaya kita mengejar impian dan cita-cita, di mana tanda kemudahaan itu ada pada segala perasaan.
Ketika kita menyadari bahwa isi kepala kita hanya terdiri dari dua kelompok besar pikiran yang harus kita pilih, yaitu pikiran-pikiran yang mendekatkan kita kepada impian dan cita-cita atau sebaliknya menjauhkan kita darinya.
Ketika kita menyadari bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya yang bisa kita gapai di dunia yang fana ini adalah tentang pergeseran dan transformasi kehidupan untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Ketika kita menyadari bahwa kita telah dianugerahkan Tuhan sebuah kekuatan besar terkait dengan kebesaran kita sebagai makhluk yang letaknya ada pada hati nurani dan akal yang membedakan kita dari makhluk lain ciptaan-Nya, di mana kekuatan itu adalah kekuatan untuk secara sadar memilih jalan yang mendekatkan atau menjauhkan kita dari tujuan.
Ketika kita menyadari bahwa perubahan keadaan adalah akibat dari pengaruh-pengaruh yang kita ciptakan di mana setiap diri kita sendirilah yang menjadi makhluk paling berpengaruh di muka bumi.
Ketika kita menyadari bahwa segala pilihan jalan berpikir yang kita ambil akan dihadapkan dengan berbagai ujian dan cobaan - bukan azab dan hukuman, di mana azab dan hukuman hanya diberikan kepada pribadi yang memutuskan jalan yang jauh dari kebaikan dan kebenaran.
Ketika kita menyadari bahwa segala masalah, konflik, keterbatasan, kelemahan dan ancaman justru merupakan bagian-bagian penting dari kebutuhan kita untuk membangun diri menjadi pribadi-pribadi yang besar dan memenangkan kehidupan.
Ketika kita menyadari bahwa diri kita yang ideal sesuai impian dan cita-cita adalah bukan diri kita yang ada dan hidup pada hari ini, yang dengan demikian kita perlu melakukan perubahan terhadap diri dan lingkungan.
Ketika kita menyadari bahwa sebagai manusia kita dilengkapi dengan perasaan yang dengan perasaan itulah segala perubahan dimulai sesuai tuntutan kemanusiaan yang sebagai makhluk pikiran adalah juga makhluk perasaan.
Ketika kita menyadari bahwa kenyamanan dan merasa terlalu cepat puas terhadap apa yang telah menjadikan diri kita kini dan apa yang telah kita miliki sekarang adalah ilusi zona nyaman yang sangat rentan terhadap perubahan, di mana satu-satunya cara bagi kita untuk tetap hidup di dalam kenyamanan dan peningkatan kepastian adalah dengan menyesuaikan diri terhadap segala perubahan di dalam batas-batas kebaikan dan kebenaran.
Ketika kita menyadari bahwa risiko ada di mana-mana sebagai bagian alamiah dari keseimbangan kehidupan, di mana setiap risiko bisa di atasi dengan menjalani risiko lain yang berpeluang lebih membesarkan diri kita.
Ketika kita menyadari bahwa kesempurnaan adalah bukan milik kita dan kesempurnaan kita ada pada ketidaksempurnannya, di mana seluruh segi kehidupan adalah tentang menari dan berlari di dalam ketidaksempurnaan demi kehidupan itu sendiri yang esensinya adalah pergeseran dan transformasi.
Ketika kita menyadari bahwa di dalam kekhawatiran dan ketakutan, kita harus tetap adil dan bijaksana kepada diri sendiri dengan mengutamakan harapan dan cita-cita di atas segala kekhawatiran dan ketakutan itu.
Ketika kita menyadari bahwa tindakan yang nyata adalah cara terbaik bagi kita untuk mencapai tingkat keyakinan yang makin tinggi dan makin tinggi lagi tentang tercapainya impian dan cita-cita.
Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu diciptakan dua kali sebelum ia menjadi kenyataan di dalam kehidupan, di mana tahap pertama adanya di dalam pikiran dan di dalam hati kita dalam bentuk keinginan, impian, cita-cita dan idealisme, dan tahap kedua adanya di dalam tindakan-tindakan yang nyata.
Ketika kita menyadari ke-Maha-Besar-an Tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu ada di sini di dalam kehidupan, termasuk apapun yang kita anggap belum ada, di mana tugas kita menjadi lebih mudah dengan memposisikan diri sebagai pemelihara, pengejar, dan pekerja yang semata-mata hanya untuk menemukan dan menyatukan berbagai komponen impian dan cita-cita, yang jauh dari orientasi pengrusakan dan penghancuran.
Ketika kita menyadari bahwa makna kehidupan adalah tentang perubahan, pergeseran, dan transformasi, di mana kita sebenarnya selalu berada di puncak-puncak kehidupan berdasarkan apa yang kita pikirkan dan kita lakukan di masa lalu, yang dengan demikian demi masa depan di puncak-puncak yang lebih tinggi kita diharuskan menciptakan pikiran dan tindakan yang makin meninggikan.
Ketika kita menyadari bahwa kesuksesan dan keberhasilan adalah tentang kerjasama dan organisasi yang baik antara diri kita dan segala sesuatu yang bukan kita, di mana untuk mengembalikan semua kesuksesan dan keberhasilan itu kepada diri kita sendiri, kita harus menitipkannya terlebih dahulu kepada apapun yang bukan diri kita.
Ketika kita menyadari bahwa kita semua dalam kenyataannya terlahir sebagai pribadi-pribadi yang juara yang akan tetap menjadi juara selama kita tetap menginginkan diri kita sebagai juara.
Ketika kita menyadari bahwa sebagai pribadi-pribadi juara setiap saat kita selalu berada di dalam keadaan siap tempur sekalipun berjalan dalam terpaan berbagai cobaan dan ujian kehidupan.
Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu bisa tercipta di dalam kehidupan nyata dengan dimulai dari kemauan dan keinginan yang diubah menjadi kebutuhan di mana jika kita memang butuh sebenarnya kita memang mampu.
Ketika kita menyadari bahwa semangat adalah sesuatu yang sangat menular kepada diri kita sendiri dan kepada lingkungan di sekitar kita, di mana semangat itu bisa menjadi semangat yang membangkitkan atau sebaliknya semangat yang mematahkan.
Ketika kita menyadari bahwa sabar, syukur, dan sikap menerima bukanlah semata-mata ajaran yang dogmatis, melainkan hukum alam sebagaimana panasnya api dan dinginnya es, di mana satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah memuliakan dan menghormatinya dengan hidup di dalamnya sehingga menjadikan kita sebagai pribadi yang mulia lagi terhormat.
Ketika kita menyadari bahwa hidup yang maknanya yang perubahan, pergeseran, dan transformasi adalah identik dengan pembelajaran.
Ketika kita menyadari bahwa segala kesalahan yang tidak melukai kebaikan dan kebenaran adalah fenomena-fenomena pembelajaran yang indah yang dengannya kita menarik berbagai hikmah untuk perbaikan.
Ketika kita menyadari bahwa kegagalan sebenarnya hanyalah umpan balik yang dipadati oleh pelajaran, di mana kita akan benar-benar menjadi pribadi yang gagal hanya jika kita berhenti di tengah perjalanan.
Ketika kita menyadari bahwa waktu bukan hanya perlu dihargai, melainkan lebih dari harus dihormati karena kebesaran, ketinggian, dan kecepatannya yang tak tertandingi oleh apapun dan siapapun di alam semesta.
Ketika kita menyadari bahwa kredibilitas diri kita sebagai pribadi-pribadi lebih didominasi oleh berbagai karakter yang dinilai secara subyektif yang justru dengan demikian kita memiliki kendali untuk mengarahkan dan membangunnya menjadi lebih kuat dan lebih baik.
Ketika kita menyadari bahwa pentingnya impian dan cita-cita tidak secara langsung menjadikan kita sebagai pribadi yang bergerak untuk menggapainya, di mana keterlibatan penuh secara fisik dan mental adalah jalan terbaik untuk sampai ke sana.
Ketika kita menyadari bahwa mempercayai orang lain secara adil adalah ajaran yang mulia, di mana ia perlu didahulukan sebelum apapun yang menjadi sebab ketidakpercayaan muncul dan terbukti sebagai sesuatu yang nyata.
Ketika kita menyadari bahwa setiap diri kita adalah pribadi-pribadi pemimpin yang harus bertanggungjawab, di mana tanggungjawab itu adalah keharusan mempertahankan hakikat kepemimpinan di dalam segala posisi struktural yang kita ciptakan sendiri di dalam kehidupan pribadi dan organisasi, dengan menjaga dan memelihara pola pikir yang tetap menjadi pemimpin dan memegang kendali kehidupan.
===========